Jernih dan Mencerahkan

Vaksin COVID-19 Bisa Bikin Wanita Mandul, Benar atau Salah?

293

KinipahamVaksin COVID-19 besutan Amerika Serikat, Pfizer disebut-sebut bisa mengakibatkan wanita mandul. Bahkan, kabar tersebut sempat viral di media sosial dan memicu sejumlah respons publik. Lantas, bagaimana kebenarannya?

Akun @QComState merupakan salah satu pihak yang membagikan narasi tersebut di media sosial. Dia menyematkan tautan blog yang membenarkan bahwa Pfizer bisa memicu terjadinya kemandulan. Bukan hanya itu, dia juga mengklaim, pernyataan tersebut berasal dari Kepala Penelitian Pfizer.

“Vaksin COVID-19 juga bisa membuat mandul pria,” sambung akun tersebut, dikutip Jumat 5 Maret 2021.

Baca juga: Jangan Salah, Ini 12 Kondisi Orang yang Tak Bisa Divaksin COVID-19

Jadi, sekali lagi, benarkah vaksin Pfizer bisa menyebabkan wanita dan pria mandul?

Penjelasan:

Lembaga pencari fakta asal Amerika Serikat, Snopes memastikan, narasi vaksin COVID-19 menyebabkan kemandulan merupakan hoaks atau bohong. Snopes memaparkan narasi itu bersumber dari sebuah blog bernama Health and Money News. Blog tersebut sudah tidak bisa diakses.

Narasumber dalam tulisan di blog itu bernama Michael Yeadon, yang diklaim sebagai Kepala Penelitian Pfizer. Faktanya, Michael Yeadon bukanlah Kepala Penelitian Pfizer. Yeadon memang pernah bekerja untuk Pfizer sebagai wakil presiden dan kepala ilmuwan untuk alergi dan pernapasan, tetapi keluar dari perusahaan farmasi itu pada 2011.

Vaksin COVID-19.

Dalam blog Health and Money News disebutkan, Yeadon dan dokter Jerman Wolfgang Wodarg mengirim surat ke European Medicines Agency (EMA), meminta penghentian uji klinis vaksin COVID-19 Pfizer di Uni Eropa.

Pada surat tersebut, Wodarg dan Yeadon menyatakan vaksin Pfizer memblokir protein yang merupakan kunci dalam pembentukan plasenta pada mamalia. Mereka mengklaim ada kemungkinan wanita yang menerima vaksin tersebut menjadi tidak subur.

Namun, baik Michael Yeadon dan Wolfgang Wodarg tidak pernah menunjukkan bukti penelitian sebagaimana diklaim dalam surat itu. Perusahaan obat Pfizer menepis isu tersebut dan mengatakan tidak ada masalah keamanan yang signifikan yang diamati selama studi vaksin.

Uji klinis Pfizer yang telah melibatkan puluhan ribu sukarelawan, menunjukkan vaksin itu 95 persen efektif dan tidak menghasilkan efek samping yang serius. (Sumber: Antaranews).

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.