Sudah Masuk 2022, Mengapa Harga Minyak Goreng Masih Mahal?
Kinipaham – Hingga hari ini, harga minyak goreng yang dijual di pasaran masih tergolong mahal. Padahal, bulan lalu, Menteri Perdagangan atau Mendag RI, Muhammad Lutfi sempat berjanji, akan ada penyesuaian banderol usai pergantian tahun.
Lantas, kini muncul satu pertanyaan, mengapa enam hari setelah pergantian tahun harga minyak goreng belum juga turun? Bahkan, dalam sejumlah kasus, nominalnya bisa terus melonjak tinggi.
Baca juga: Studi: Tak Ada Pribumi di Indonesia, Semua Pendatang
Disitat Kinipaham dari Antara, Kamis 6 Januari 2022, rupanya ada sejumlah hal yang membuat harga minyak goreng masih tinggi di pasaran. Misalnya, terjadi peningkatan harga CPO (crude palm oil) atau minyak sawit mentah di pasar internasional.
Hingga kemarin lusa, harga CPO di pasar internasional mencapai US$1.305 atau sekira Rp18 jutaan per ton. Nominal tersebut naik 27,17 persen dibandingkan awal tahun lalu.
Kenaikan harga CPO tersebut dipicu adanya peningkatan permintaan CPO, namun pasokan minyak sawit mentah di dunia menurun. Tren kenaikan harga CPO sebenarnya sudah terjadi sejak Mei 2020 lalu.
Penyebab Lain Harga Minyak Goreng Tinggi
Bukan hanya itu, naiknya permintaan CPO untuk pemenuhan industri biodiesel seiring dengan penerapan kebijakan B30 (BBM ramah lingkungan dari tumbuhan) juga jadi penyebab lain mengapa harga minyak goreng mahal.
Kondisi tersebut makin diperparah dengan penurunan kapasitas pasokan minyak sawit dunia seiring dengan turunnya produksi sawit di Malaysia yang merupakan salah satu penghasil CPO terbesar.
Di luar itu semua, ada faktor lain yang cukup memengaruhi hal tersebut. Misalnya, hambatan dari segi logistik pengiriman CPO selama pandemi, seperti kurangnya jumlah kontainer maupun kapal angkut.
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.