Jernih dan Mencerahkan

Studi: Tak Ada Pribumi di Indonesia, Semua Pendatang

445

Kinipaham Indonesia merupakan negara yang beragam, baik secara suku, budaya, maupun bahasa. Itulah mengapa, kadang sulit membedakan latar belakang satu penduduk dengan penduduk lainnya.

Namun, baru-baru ini, ada studi yang mengungkapkan, bahwa seluruh penduduk Indonesia sebenarnya merupakan pendatang, tak ada yang asli. Lantas, mengapa demikian?

Baca juga: Indonesia Didaulat Sebagai Negara Paling Dermawan di Dunia

Dilansir dari BBC, campuran genetika semakin menguatkan bukti ilmiah, tak ada manusia Indonesia yang 100 persen murni alias ‘asli’. Setidaknya hal tersebut yang secara yakin diungkapkan peneliti genetika manusia dan evolusi dari Eijkman Istitute, Pradiptajati Kusuma.

“Semua orang Indonesia adalah migran (pendatang),” ujar Pradiptajati pada suatu wawancara, dikutip Kamis 19 Agustus 2021.

Masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia.

Pernyataannya tersebut semakin menguatkan bukti atau temuan-temuan arkeologi di masa lalu yang menyebut bahwa nenek moyang bangsa Indonesia memang berasal dari ‘orang luar’ atau pendatang.

Eijkman Institute sendiri melakukan studi genetika yang melibatkan 70 populasi etnik di 12 pulau di Indonesia. Hasilnya, terdapat pembauran sejumlah leluhur genetik dari jalur dan periode yang berbeda.

Padiptajati menjelaskan, pencampuran genetika di Indonesia berkaitan erat dengan aktivitas migrasi orang-orang di daratan Asia ke wilayah yang kini menjadi Indonesia. Hal tersebut mulai terjadi sejak 50 ribu tahun silam.

Sapiens.
Sapiens.

Pengembaraan atau perjalanan manusia modern (homo sapiens) ke Indonesia merupakan bagian kisah epik para leluhur yang keluar dari Afrika ke seluruh dunia pada 150 ribu hingga 200 ribu tahun lalu.

“Tidak hanya sekali (gelombang migrasi ke Indonesia), tapi berkali-kali. Kompleks sebenarnya, cuma kita menggeneralisir kurang lebih ada empat gelombang kedatangan,” kata dia.

Diketahui, sejak zaman dulu, wilayah Indonesia memang telah menjadi tempat manusia berlalu-lalang. Sebab, sebelum menuju Australia atau ke Pasifik, mereka biasanya akan melintasi atau bahkan menetap sementara di bumi Nusantara.

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.