Kinipaham – Para peneliti dunia sepakat bahwa kecantikan wanita bisa dikonstruksi atau dibangun melalui media. Itulah mengapa, setiap daerah memiliki standarnya masing-masing. Salah satunya di Asia yang menetapkan ‘kulit putih’ sebagai syarat yang harus dimiliki.
Beberapa media Barat acap menganggap, keinginan orang Asia untuk memiliki kulit putih karena mereka ingin terlihat lebih ‘Eropa’. Namun, pernyataan tersebut tidak benar sama sekali, karena standar kulit putih sudah ada di Asia sejak dulu kala.
Baca juga: Ladies, Kosmetik Share in Jar Emang Lagi Ngetren, tapi Ada Bahayanya
Di China, anggapan mengenai wanita cantik harus berkulit putih sudah bermula sejak era Dinasti Han. Kala itu, kaum Hawa percaya, warna kulit mencerminkan status sosial mereka. Jika warnanya putih cerah maka disimbolkan sebagai priyayi atau kalangan ternama karena dianggap lebih sering bersantai di rumah ketimbang bekerja di luar.
Standar kecantikan itu rupanya juga mempengaruhi tren makanan di China. Selama Dinasti Ming, ada banyak santapan tertentu yang banyak diburu karena bisa mencerahkan warna kulit. Salah satunya campuran mutiara yang ditumbuk menjadi bubuk.
Fenomena tersebut pun berlaku hingga kini. Buktinya, menurut data dari Global Industry Analysts, penjualan produk pemutih di Asia sangat ramai. Tertinggi di China sekira 40 persen dari seluruh Asia. Sementara di Jepang 21 persen dan Korea Selatan 18 persen.
Bukan hanya itu, salah satu studi menemukan, pada industri kecantikan Asia, sebanyak 44 persen iklan Korea dan 54 persen iklan Jepang menampilkan model berkulit putih dengan postur proporsional. Maka tanpa disadari, pembuat iklan itu telah menanamkan standar kecantikan yang sama ke kepala para audiennya.
Jadi secara sederhana, anggapan ‘wanita cantik harus putih’ yang dipercaya masyarakat Asia bermula dari status sosial. Kemudian menjadi kepercayaan kolektif berkat peran media dan juga iklan.
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.