Seaspiracy: Bentuk Perhatian Manusia dan Tudingan Propaganda Vegan

Kinipaham – Sejak pertama tayang bulan lalu, dokumenter orisinil Netflix Seaspiracy telah ditonton banyak orang. Namun, bukan berarti semua penonton merespons positif, sebagian justru menganggapnya sebagai propaganda terselubung. Lantas, benarkah demikian?

Tudingan tersebut muncul lantaran produser Seaspiracy, Kip Anderson pernah membuat film pro-vegan berjudul ‘Cowspiracy’. Bahkan, pesan yang disampaikan melalui dua dokumenter itu terkesan sama, yakni ajakan kepada penonton untuk menjauhi makanan daging.

Seaspiracy sendiri disutradarai dan dinarasikan pembuat film asal Inggris, Ali Tabrizi. Sepanjang tayangan berlangsung, dia yang mengaku cinta terhadap laut ditemani istrinya untuk mengungkap dampak lingkungan dari industri perikanan komersial.

Ali Tabrizi bahkan sampai berkeliling ke banyak negara untuk mengungkap hal tersebut. Mulai dari penangkapan lumba-lumba dan makanan laut ilegal di Jepang, penjualan besar-besaran sirip hiu di Hongkong, hingga perbudakan nelayan di Thailand.

Baca juga: Sosok Elizabeth Harmon “The Queen’s Gambit” di Dunia Nyata

Bukan hanya itu, Ali juga terlibat wawancara dengan pemerhati lingkungan, organisasi pencinta alam, dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam penangkapan ikan.

Data Seaspiracy Kurang Akurat dan Kuno

Seaspiracy menampilkan sejumlah data mengenai kasus penangkapan ikan di dunia. Namun, apa yang disampaikan justru menuai kritik lantaran tak akurat dan terkesan mengarahkan penonton mejauhi ikan.

Bahkan, sejumlah ilmuwan kelautan mengatakan, data yang dihimpun Seaspiracy terlalu kuno alias ketinggalam zaman. Misalnya, ada data yang menyebut lautan bakal kosong pada 2048. Padahal, hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2006 itu telah ditarik sejak 2009 silam.

Selain itu, Seaspiracy juga mengklaim, bahwa 46 persen plastik laut terdiri dari jaring ikan tanpa memberikan konteks yang memadai, dan oleh sebab itu, agaknya keliru jika berkesimpulan jaring tersebut berasal dari penangkapan ikan komersial.

Pendiri proyek Ocean Cleanup, Boyan Slat, yang merupakan salah satu penulis studi tersebut, mengklarifikasi bahwa sebagian besar jaring ikan yang ditemukan di lautan berasal dari sungai.

Seaspiracy Cuma Propaganda Vegan?

Seaspiracy dituding hanya menampilkan sisi gelap industri perikanan komersial di dunia. Mereka tidak menjabarkan bagaimana pengelolaan ikan yang efektif serta pemulihan ekologis yang dicapai dalam kehidupan nyata.

Bahkan, dokumenter tersebut berpuncak pada ajakan bertindak di akhir film, dan meminta penonton berhenti makan ikan sepenuhnya.

Namun demikian, ilmuwan kelautan dan ahli perikanan senior, Ray Hilborn menolak tudingan Seaspiracy sebagai ‘propaganda vegan’. Dia hanya menganggap, tayangan tersebut memuat data yang tak sepenuhnya benar.

Hilborn mengatakan, bahwa seruan yang disampaikan Seaspiracy mengabaikan fakta bahwa banyak orang miskin di dunia bergantung pada perikanan untuk ketahanan pangan dan pekerjaan.

Bahkan, menurutnya, penghentian penangkapan ikan bakal menggusur jutaan orang dari pekerjaan dan sumber makanan.

“Mengakhiri akuakultur dan memancing, seperti yang diadvokasi orang-orang di belakang Seaspiracy dalam film dokumenter, tidak berdampak apa-apa selain membuat 250 juta orang kehilangan pekerjaan, dan membuat miliaran orang kekurangan sumber protein yang sehat,” ujar Hilborn, dikutip dari Mothership.sg.

Meski demikian, dia mengiyakan, bahwa industri perikanan—atau yang berkaitan dengan makanan laut tidak ‘sebersih’ produksi pangan di darat.

Apa yang Kita Pelajari dari Seaspiracy?

Terlepas soal kritikan yang disampaikan sejumlah pengamat, Seaspiracy menyisakan satu pesan yang patut kita serap, yakni pentingnya menjaga lingkungan.

Film tersebut dipuji, lantaran meningkatkan kesadaran penonton mengenai masalah yang luput dari pandangan, misalnya teknik penjaringan ikan yang berbahaya, serta penggunaan peralatan ilegal yang bisa membahayakan ekosistem laut.

Tayangan tersebut juga menunjukkan bagaimana tuna dan hiu dipanen pada tingkat yang mengkhawatirkan dan skala yang tidak berkelanjutan. Seaspiracy pun turut menyoroti tindakan korupsi, penyuapan, serta perbudakan di industri perikanan komersial. (Hane)