Jernih dan Mencerahkan

Ramai Dibicarakan, Apa yang Salah dari Puisi Putri Marino?

289

Kinipaham – Tagar #poemspm atau puisi Putri Marino belakangan menjadi trending dan ramai dibicarakan warganet. Hal itu bermula ketika istri aktor Chicco Jerikho membagikan potongan sajaknya di akun Instagram pribadi.

“Tidak ada siapapun yang akan paham. Kata setiap orang yang meminta pemahaman… #poemspm,” bunyi sepenggal puisi di bukunya, dikutip Minggu 5 Januari 2020.

Sontak warganet pun ramai menertawarakan karya wanita 26 tahun tersebut. Sebagian merasa, buah karya yang diciptakan Putri tak layak disebut puisi, melainkan hanya kutipan semata.

Baca juga: World War 3 Mendadak Trending, Sebenarnya Ada Apa Sih?

Putri Marino memang dikenal gemar membuat sajak. Setidaknya, hal itu terlihat melalui akun Instagram-nya. Setiap gambar atau video yang ia unggah, selalu disertai potongan puisi yang berkenaan dengan unggahan. Namun, ketika kumpulan kata itu ia bukukan, banyak yang belum bisa menerimanya. Lantas, di mana letak kekeliruan puisi buatan Putri?

Setelah menelusuri status serta komentar para pengguna media sosial, terutama Twitter, rupanya ada beberapa alasan yang membuat puisi itu dinilai belum layak dipublikasi ke khalayak luas. Nah lho, apa saja? Mari kita bedah satu per satu.

Baca juga: Tampil Kece saat Rumah Kebanjiran, Yuni Shara Jadi Sorotan Netizen

Pertama, seperti yang telah disebutkan di awal, masyarakat bingung, apakah susunan kalimat yang diramu Putri itu bisa disebut puisi atau hanya sekadar kutipan. Sebab, secara komposisi, susunan kata yang ia tulis sangat singkat dan terkesan apa adanya.

Kedua, karena bahasa yang digunakan Putri di tiap-tiap puisinya terlalu umum dan banyak digunakan. Penggunakan kata di setiap karya tulis sebenarnya memang sebuah pilihan. Namun, bagi sebagian warganet, perbendaharaan kata Putri dinilai masih minim, padahal ia telah berhasil meloloskan naskah bukunya ke penerbit.

Ketiga, karena terlalu banyak penggunaan elipsis. Bagi kalian yang belum pernah mendengarnya, elipsis adalah tanda baca yang biasanya menandai penghilangan sengaja suatu kata atau frasa dari teks aslinya.

Putri Marino.

Tanda itu dapat menunjukkan jeda pada pembicaraan, pikiran yang belum selesai, atau, pada akhir kalimat, penurunan volume menuju kesenyapan (aposiopesis). Simbol untuk tanda elipsis adalah rangkaian tiga tanda titik (…).

Nah, di buku puisi Putri Marino itu banyak sekali kita temukan elipsis. Padahal sepertinya itu tidak terlalu diperlukan. Entah maksud Putri menggunakannya memang sebagai jeda atau malah demi estetika. Bahkan, di potongan puisi yang ia bagikan, letak elipsis atau tanda titik tiga terletak di akhir tulisan.

Sebenarnya, ada alasan lain mengapa puisi Putri menuai hujatan dari warganet. Namun, tak sedikit juga yang menghaturkan dukungan padanya. Sebagian menilai, puisi merupakan hasil perenungan seseorang, sehingga orang lain tak berhak menghakiminya. Sebab, kata mereka, puisi adalah soal rasa.

Bahkan, jika ingin melihat jauh ke belakang, formula puisi yang dipakai Putri sebenarnya juga pernah diaplikasikan penyair-penyair sebelumnya yang mengandalkan kesederhanaan kata dan kerapatan komposisi.

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.