Pengamat: WFO Itu Bentuk Kemunduran!

Kinipaham – Sejak pandemi mulai mereda, sejumlah perkantoran di DKI Jakarta mulai memberlakukan lagi work from office atau WFO secara penuh (lima hari seminggu). Imbasnya, lalu lintas menjadi lebih ramai dan terjadi kemacetan di mana-mana. Lalu, bagaimana pengamat melihat hal tersebut?

Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, mengkritik keputusan perusahaan yang meminta karyawannya untuk full WFO. Menurut dia, itu termasuk kemunduran lantaran tak bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru.

WFO bikin jalanan macet.
WFO bikin jalanan macet.

Padahal, menurut dia, kerja di rumah atau WFH punya banyak manfaat. Selain lebih produktif, lalu lintas di wilayah perkantoran menjadi lebih lengang. Itulah mengapa, dia kurang setuju dengan kebijakan full WFO.

“Menurut saya WFH ini lebih tepatnya adalah bagiaman kemudian kita menjadi satu masyarakat dan negara yang adaptable dengan teknologi sekarang, kalau kita kembali ke WFO manual, kita berarti mundur. Jadi kemunduran atau flashback,” ujar Trubus, dikutip Jumat (20/1/2023).

Lebih jauh, menurut Trubus, ada sejumlah perusahaan yang masih bisa beroperasi tanpa mengharuskan seluruh karyawannya full WFO. Misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang digital.

WFO dinilai tidak ideal.

Lagipula, kata dia, keberhasilan WFH sudah dibuktikan selama dua tahun terakhir. Harusnya, pascapandemi, perusahaan bisa lebih beradaptasi.

“Jadi ada layanan-layanan yang memang membutuhkan lebih cepat lewat WFH, dan dalam hal ini juga pelaksanaan pekerjaannya bisa dilakukan dengan WFH, jadi lebih efektif WFH, ini kan sudah dibuktikan juga selama dua tahun,” kata dia.

Diketahui, baru-baru ini petisi yang mendesak pemerintah kembali menerapkan WFH viral di media sosial. Bahkan, petisi tersebut sudah ditanda tangani puluhan ribu orang. Namun, hingga kini, belum ada tanda-tanda WFH akan kembali diterapkan.