Kinipaham – Pada suatu interview di tahun 1994, Quentin Tarantino menjawab pertanyaan seorang pemandu acara mengenai filmnya, Reservoir Dogs yang meniru beberapa adegan City on Fire. Ia pun mengiyakan hal tersebut dan menjawabnya dengan lantang, “I steal from every movie ever made. Great artist steal; they don’t do homages.”
Berbeda dibandingkan sutradara lain, Quentin justru tak sungkan mengakui dirinya ‘mencuri’ adegan di film lain untuk kemudian dikemas lebih apik dan memukau. Teknik yang kerap ia gunakan itu bernama pastiche atau hodge-podge.
Baca juga: Mengenal Bacteriophage, Virus ‘Baik’ yang Ramah untuk Tubuh
Dilansir dari laman Insider, Minggu 19 April 2020, rupanya Reservoir Dogs bukan satu-satunya karya Quentin yang berisikan adegan tiruan dari film-film sebelumnya. Bahkan, ia melakukan teknik pastiche di seluruh karya yang dibuatnya.
Namun menariknya, Quentin melakukannya dengan cara yang tak banyak dilakukan sutradara lain. Teknik pastiche yang dimainkan Quentin bukan hanya merujuk pada satu film, melainkan banyak. Artinya, satu karya yang ia buat merupakan hasil ‘curian’ dari berbagai adegan di film lain yang kemudian dikemas menjadi satu cerita.
Misalnya, adegan Kill Bill vol. 1 saat sang tokoh mengendarai motor sport mengenakan kostum serba kuning merupakan tiruan dari salah satu scene di film berjudul Game of Death. Malahan, permainan cahaya saat adegan saling tarung di film tersebut nampak sangat identik dengan karya lawas berjudul Samurai Fiction.
Selain itu, beberapa adegan di film Jacky Brown terlihat meniru Foxy Brown. Bahkan karya termahsyur milik Quentin, yakni Pulp Fiction merupakan hasil tiruan dari banyak film Perancis yang tayang di era 60 hingga 70-an. Termasuk, salah satunya, adegan dansa ikonik yang ditampilkan dua tokoh utama, yakni Vincent Vega dan Mia Wallace.
Mengapa Quentin Tarantino Suka Meniru?
Karir film Quentin tidak dimulai dari ruang kelas atau pendidikan secara formal. Pria kelahiran Tennessee, Amerika Serikat itu justru pertama kali mengenal film melalui profesinya sebagai pramuniaga di suatu toko kaset. Ia tak belajar bagaimana cara merekam adegan yang benar, tapi ia mengamati hal itu melalui film-film yang ditontonnya.
Itulah mengapa, setiap detail yang tersaji di seluruh karya Quentin merupakan hasil proyeksi kepalanya yang muncul secara natural. Ia mengingat banyak adegan ikonik di film terdahulu, kemudian kembali menghadirkannya di berbagai film gubahannya.
Bahkan, jika kalian penyuka film Quentin dan mengamati seluruhnya dengan seksama, kalian bakal menemukan fakta bahwa dirinya selalu memulai atau menutup filmnya dengan ucapan terima kasih atau dedikasi tinggi kepada sutradara yang karyanya ia tiru. Artinya, ia bangga mengakui dirinya sebagai seorang ‘pencuri’.
Gaya Film Quentin Tarantino
Kendati adegan yang dibuatnya kebanyakan hasil tiruan dari film terdahulu, namun cara Quentin mengemasnya nampak terlihat baru dan orisinil. Bahkan, gayanya dalam membuat film sudah memiliki istilahnya sendiri, yakni Tarantino-esque.
Pada hampir seluruh filmnya, ia mampu menghadirkan suasana tak stabil yang membuat penonton merasakan keterkejutan hingga berkali-kali, termasuk caranya mengemas adegan kekerasan yang penuh dengan darah dan juga jeritan sang pemeran. Selain itu, dialog antar tokoh pun dibuat sangat kuat dengan penambahan beberapa kalimat umpatan yang pada masanya belum banyak digunakan masyarakat umum.
Saat ini, total sudah ada sembilan karya yang Quentin buat, termasuk Once Upon a Time in Hollywood yang baru tayang tahun lalu. Kabarnya, film kesepuluh yang bakal segera digarapnya merupakan penutup karirnya sebagai seorang sutradara. (SFN)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.