Kinipaham – Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, pada Kamis 30 April 2020 mengatakan ia akan berkonsultasi dengan ahli penyakit menular sebelum memutuskan apakah status darurat Covid-19 bakal diperpanjang atau tidak. Sebab, beberapa negara lainnya sudah kembali dibuka dan dicabut status daruratnya.
Sebelumnya, Shinzo Abe mendeklarasikan Status Darurat Berskala Nasional pada 16 April 2020 yang akan berlaku hingga 6 Mei 2020. Media Jepang mengatakan status darurat nasional ini kemungkinan akan diperpanjang lagi selama sebulan.
Baca juga: Ironi di Tengah Pandemi: Penjual Peti Mati Terima Lebih Banyak Pesanan
Status darurat nasional ini tidak memberlakukan sistem lockdown seperti yang ada di Italia karena di dalam undang-undang Jepang tidak pernah dibuat peraturan yang memperbolehkan lockdown secara paksa, tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang adalah melakukan persuasi agar warganya tetap berada di rumah dan bisnis mau menutup secara sukarela selama pemberlakukan status darurat nasional.
“Kami akan berkonsultasi dengan para ahli. Kami tidak mau terlambat mengambil keputusan,” Kata Abe di Gedung Parlemen Jepang ketika membicarakan tentang kemungkinan diperpanjangnya status darurat nasional.
Selasa kemarin di Tokyo terkonfirmasi 47 kasus Covid-19 baru. Menurut Kementrian Kesehatan Jepang secara nasional di Jepang ada 13.929 kasus serta 415 korban jiwa. Secara kemampuan tes Covid-19 Jepang baru mampu melakukan 1,3 orang/1000 orang, masih jauh di bawah korea Selatan 12 orang/1000 orang dan Amerika Serikat 18 orang/1000 orang.
“Jepang harus bergerak cepat mengendalikan penyebaran virus ini. Bila situasi ini berlanjut dengan waktu yang lama maka bukan hanya masalah kesehatan yang muncul, tetapi juga masalah ekonomi,” kata Kenji Shibuya, director of the Institute of Population Health King’s College London.
Kementrian Kesehatan Jepang mengatakan mereka mengikuti petunjuk WHO dalam melakukan tes Covid-19, mereka khawatir ekspansi kapasitas tes akan melumpuhkan rumah sakit karena banyaknya pasien positif dengan gejala ringan yang harus dirawat.
Media lokal The Nikkei memberitakan pemerintah berencana memperpanjang status darurat nasional selama sebulan, namun keputusan akhirnya baru akan diumumkan setelah pertemuan antara pemerintah dengan ahli kesehatan yang dilakukan pada hari ini 30 April 2020.
Baca juga: Strategi Baru Italia Lawan Corona, Pakai Aplikasi Pelacak Mutakhir
Pengguna sosial media di Jepang mengatakan mereka merasa frustasi karena tidak dapat menemui keluarganya, tetapi mereka lebih khawatir mengenai dampak ekonomi yang ditimbulkan dari status darurat nasional ini, terutama bagi pebisnis kecil.
Sebelumnya Pemerintahan Jepang telah menggelontorkan dana US$1 triliun untuk meredam krisis ekonomi yang muncul akibat Covid-19. Salah satu strateginya adalah memberikan 100.000 Yen per orang, tetapi kebijakan ini dinilai masih belum cukup karena dengan uang itu tidak dapat menutupi kebutuhan hidup masyarakat Jepang sehari-hari. (SFN)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.