Jernih dan Mencerahkan

Melihat Agama Melalui Mata Albert Einstein

7,269

Kinipaham – Pada suatu forum diskusi sains yang melibatkan kaum religius, kutipan Albert Einstein yang berbunyi ‘ilmu tanpa agama buta; agama tanpa ilmu lumpuh’ kerap dijadikan senjata untuk melemahkan mereka yang pintar namun memilih tak beragama.

Bahkan, kutipan mahsyur tersebut sering disalahartikan kalangan awam yang menduga Einstein penganut agama yang taat. Lantas, benarkah demikian?

Baca juga: Lahirkan Banyak Teori, Mengapa Stephen Hawking Tak Pernah Terima Nobel?

Einstein merupakan fisikawan teoritis yang terkenal berkat gagasannya mengenai konsep relativitas. Dia lahir dan tumbuh dari keluarga Yahudi yang taat. Namun, pada suatu kesempatan, dia mengaku ragu dengan konsep yang ditawarkan agama samawi tersebut.

Bahkan, menurut pandangannya, Tuhan Yahudi merupakan sosok imajinatif yang tumbuh dan hidup di kepala para penganutnya.

“Bagi saya, agama Yahudi sama seperti agama lainnya. Yakni, reinkarnasi takhayul paling tidak masuk akal. Mereka, para penganutnya, punya kualitas yang biasa-biasa saja.  Saya tidak melihat ada yang istimewa dari mereka,” ujar Einstein dikutip dari The Guardian, Kamis 5 Agustus 2021.

Memahami Agama Albert Einstein

Publik pun bertanya-tanya, jika pernyataan tentang agama yang kerap dikutip kalangan religius tersebut bukan merujuk pada suatu kepercayaan tertentu, dan Einstein mengaku tak memercayai keyakinan samawi, lantas apa sebenarnya makna ‘agama’ di matanya?

Merujuk pada buku God Delusion karya ilmuwan Richard Dawkins, Einstein memiliki cara berbeda dalam memandang agama.

Frasa ‘agama’ yang Einstein maksud tidak sama seperti pemahaman orang pada umumnya. Sebab, nenurut dia, dalam dunia sains, agama merupakan bentuk ketakjuban para pemikir terhadap semesta.

“Apa yang kalian baca mengenai agama saya, tentu merupakan kesalahan. Banyak yang salah paham, saya tidak percaya pada Tuhan secara personal. Kalaupun saya beragama, itu merupakan bentuk keterpesonaan tak terbatas pada struktur dunia yang bisa disingkap sains,” tuturnya.

“Sederhananya, saya adalah manusia tak beriman yang sangat religius. Itu merupakan kondisi beragama yang berbeda dan tidak ada kaitannya dengan mistisme. Gagasan tentang suatu Tuhan personal sangat asing bagi saya, bahkan terlalu naif,” sambungnya.

Setelah Einstein mengemukakan hal tersebut, sejumlah pemuka agama menyampaikan rasa kecewanya. Bahkan, dilansir dari buku yang sama, seorang rabbi asal New York, Amerika Serikat pernah mengungkapkan, Einstein hanya besar di ilmu pengetahuan namun kecil di mata Tuhan.

“Einstein tak diragukan adalah ilmuwan besar, tetapi pandangan-pandangan keagamaannya sangat bertolak belakang dengan agama Yahudi,” kata rabbi tersebut.

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.