Kinipaham – Kematian George Floyd di tangan petugas kepolisian, Derek Chauvin, berbuntut panjang. Floyd tewas usai kehabisan napas setelah disekap dengan lutut oleh Chauvin.
Tidak hanya penganiayaan yang berujung tewasnya Floyd, kasus ini juga memicu kemarahan usai adanya isu rasisme dalam kasus tersebut. Chauvin sendiri sudah dinonaktifkan dari jabatannya.
Baca juga: Kisah Stanley Mayer, Penemu Mesin Berbahan Bakar Air yang Tewas Dibunuh
Publik Amerika Serikat marah dan meluapkan kegeraman mereka terhadap kasus tersebut. Kematiannya menimbulkan kerusuhan besar di berbagai kota di Amerika Serikat, khususnya Minneapolis. Aksi protes bahkan menimbulkan penjarahan dan ketegangan antara polisi dan masyarakat.
Kasus ini rupanya juga mengundang perhatian dari grup hacker legendaris ‘Anonymous’ untuk turun tangan. Mereka diklaim akan kembali beraksi usai mengunggah satu video di laman akun Facebook mereka. Siluet, jaket dengan tudung hitam, topeng Guy Fawkes muncul kembali setelah menghilang selama bertahun-tahun.
Dalam video tersebut, sosok misterius itu secara tegas menentang kebrutalan polisi berkaitan dengan pembunuhan George Floyd yang dilakukan oleh mantan perwira Departemen Kepolisian Minneapolis, Derek Chauvin.
“Kebrutalan dan pembunuhan yang dilakukan polisi adalah masalah yang tersebar luas di Amerika Serikat, yang pasti telah menginfeksi hampir setiap yurisdiksi di negara ini. Tapi, departemen kepolisian Minneapolis adalah yang terburuk dan memiliki catatan sejarah yang mengerikan tentang kekerasan dan korupsi,” tulis pesan tersebut, dikutip Senin 1 Juni 2020.
“Pembunuhan brutal minggu ini atas George Floyd, yang telah memicu protes dan kemarahan nasional, hanyalah puncak gunung es dalam daftar panjang kasus-kasus besar kematian yang salah di tangan petugas di negara Anda,” sambungnya.
Pesan tersebut menyoroti tidak adanya tindakan petugas kepolisian Amerika Serikat terkait pelaku kekerasan sehingga ikut serta dalam tindakan kekerasan tersebut. Pesan itu juga diakhiri dengan pernyataan yang tegas bahwa mulai 29 Mei 2020, Anonymous akan mengungkap ‘kejahatan’ dari Departemen Kepolisian Amerika Serikat.
Dilansir dari News18.com, sehari setelah Anonymous mengunggah pesan tersebut, banyak warga Amerika Serikat mengklaim bahwa website kepolisian Minneapolis down diduga ulah Anonymous. News18.com juga mengonfirmasi hal ini bahwa website tersebut memang tidak bisa diakses pukul 3 sore waktu setempat namun belum bisa dikonfirmasi apakah itu ulah anggota Anonymous.
Pesan dalam video itu juga membuka borok kepolisian Amerika Serikat. “Dalam dua dekade terakhir, 193 orang telah terbunuh oleh polisi di Minnesota, termasuk kematian Jamar Clark, Kastil Philando, Justine Damond, Thomas Blevines dan Brian Quinones. Ini hanya kasus yang menjadi berita utama, di mana video dan bukti lain membuktikan bahwa polisi berbohong.”
Menjelang akhir video, Anonymous juga mengkritik pemecatan terhadap Chauvin. “Anda mungkin telah memecat petugas untuk menyelamatkan muka, tetapi jelas perilaku ini dibiarkan jika tak ada tekanan di departemen Anda. Petugas yang membunuh orang dan melakukan kejahatan harus dimintai pertanggungjawaban seperti kita semua. Jika tidak, mereka akan percaya bahwa mereka memiliki izin untuk melakukan apapun yang mereka inginkan,” tutupnya.
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.