Kenapa Burung Tidak Punya Gigi?
Kinipaham – Pernahkah kalian bertanya-tanya, kenapa burung tidak punya gigi? Sebab, jika diperhatikan, saat mengonsumsi makanan, burung sepenuhnya menggunakan paruh, mulai dari merobek daging, memecah kacang hingga menyesap nektar.
Dilansir dari Science ABC, Minggu (5/2/2023), paruh burung modern memang tak dilengkapi dengan gigi. Burung modern disebut merupakan hasil evolusi dari dinosaurus theropoda, kelas dinosaurus lapar yang berbahaya dengan gigi runcing.
Namun entah bagaimana dan mengapa pada akhirnya burung berevolusi tidak punya gigi pada sekira 100 juta tahun lalu.
Baca juga: Ilmuwan Australia Ungkap Ular Punya Klitoris
Menurut artikel yang dimuat Kompas, tim peneliti yang dipimpin ahli biologi dari UC Riverside dan Montclair State University menemukan sebanyak 48 spesies burung berbagi mutasi yang menonaktifkan gen terkait enamel dan dentin.
Enamel merupakan jaringan keras yang menutupi gigi, sedangkan dentin merupakan benda yang terklasifikasi di bawahnya.
Penemuan gen enamel dan dentin yang tak aktif itu menandakan, bahwa pada titik tertentu selama evolusi, nenek moyang burung yang sama kehilangan kemampuan untuk membentuk gigi, memunculkan burung tak bergigi yang kita lihat sekarang.
Menariknya, pada 2006 silam, para ilmuwan dari University of Manchester dan University of Wisconsin mampu memutar balik waktu dengan menumbuhkan gigi pada anak burung. Temuan studi ini memperkuat teori bahwa kehilangan gigi pada burung terjadi karena inaktivasi gen tertentu selama evolusi yang panjang.
Burung Tidak Punya Gigi
Namun, pertanyaannya satu, mengapa burung modern ‘tiba-tiba’ kehilangan giginya? Pertanyaan tersebut masih membingungkan sejumlah peneliti selama bertahun-tahun, bahkan hingga sekarang. Meski demikian, ada beberapa teori yang berisikan hipotesis soal mengapa burung kehilangan gigi.
Pertama, ada teori yang menyebut, burung modern kehilangan gigi agar bobot tubuhnya lebih ringan. Sehingga menjadi enteng saat terbang di udara. Namun, teori tersebut sebenarnya agak lemah, mengingat kelelawar masih bisa terbang baik meski bergigi.
Kedua karena perubahan pola makan burung. Ketiga, seperti yang diungkapkan Universitas Bonn Jerman, untuk mengurangi masa inkubasi telur. Sayangnya, semua itu hanya sekadar teori yang kebenarannya masih menjadi tanda tanya.
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.