Jernih dan Mencerahkan

Ilmuwan Singapura Temukan Alat Uji Corona Tercepat, Cuma 5 Menit

143

Kinipaham – Pandemi Covid-19 atau virus corona yang makin mengkhawatirkan seolah memaksa para ilmuwan untuk segera mendapatkan vaksin yang potensial untuk menangkalnya atau alat tes cepat. Jika tidak, akan terjadi keributan besar di dunia karena pasien yang terus berjatuhan. Namun kabar baik datang dari peneliti asal Singapura.

Professor Jackie Ying, seorang Kepala Laboratorium NanoBio di Agency for Science, Technology and Research (A*Star) dan timnya diklaim telah menghasilkan alat tes cepat yang dapat mengetahui seseorang terserang virus Covid-19 hanya dalam lima menit.

Baca juga: Wuhan Cabut Lockdown, Warga Khawatirkan Gelombang Infeksi Baru

Jika alat ini disetujui dan digunakan, maka akan menjadi tes tercepat untuk Covid-19. Terkait dengan penelitian ini mereka berharap mendapatkan persetujuan dalam waktu satu bulan.

Tes ini mencari bahan genetik dari virus dalam sekresi pasien yang dikumpulkan ke kapas. Sampel ini kemudan dimasukkan dalam perangkat portabel yang akan memberikan hasil sekitar 5-10 menit dengan metode amplifikasi sangat cepat. Sebab inilah yang membuat mereka memberi nama ‘Cepat’.

“Kami telah melakukan beberapa validasi klinis awal di Rumah Sakit Wanita dan Anak-Anak KK menggunakan sampel pasien nyata, dan menemukan tes itu sangat sensitif dan akurat,” ujar Prof Ying seperti dilansir dari Straitstimes.com.

Setelah disetujui, teknologi tersebut dapat digunakan untuk membuat perangkat semacam itu untuk digunakan di rumah sakit. Tidak hanya di rumah sakit, namun juga diadaptasi untuk digunakan di klinik dokter umum.

Professor Jackie Ying dan timnya adalah salah satu di antara banyak peneliti di seluruh dunia yang tengah berlomba untuk menghasilkan alat pendeteksi Covid-19 dengan cepat dari yang ada saat ini. Menurut Professor Ying, tantangannya adlaah mengembangkan diagnostik yang cepat dan akurat serta tanpa menggunakan mesin yang mahal.

Ketika corona makin menyebar dan ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO, sorotan mayoritas masyarakat dunia memang jatuh pada alat pengujian Covid-19 sebagai cara untuk menahan penyebaran. Jika tidak, penyebaran akan makin masif karena banyaknya kasus yang tersembunyi.

Baca juga: Corona Sudah Diprediksi Sejak 2007, tapi Dunia Tak Pernah Mau Dengar

WHO Direktur Jenderal, Tedros Adhanom Gebreyesus, menganjurkan seluruh negara di dunia untuk melakukan tes massal agar menghentikan meluasnya pandemi corona. “Pesan kami hanya satu, tes, tes dan tes,” ungkap Teddy.

Di Singapura, pengujian dimulai pada bulan Januari di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular, di mana Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional berada. Pada akhir Januari, semua rumah sakit umum Singapura dapat menguji Covid-19, kata direktur kelompok obat di Sistem Kesehatan Universitas Nasional, Profesor Dale Fisher. Singapura kemudian menguji siapa saja yang datang ke rumah sakit dengan penyakit pernapasan dan siapa pun yang telah melakukan kontak dengan pasien Covid-19.

Pengujian membutuhkan setidaknya dua hingga tiga jam untuk menunjukkan hasil dan membutuhkan penggunaan mesin khusus. Jika sampel perlu diangkut, waktu penyelesaian bahkan lebih lama. Tes-tes ini bekerja dengan terlebih dahulu mengubah RNA coronavirus menjadi DNA dalam suatu metode yang dikenal sebagai reverse transcription (RT). Kemudian, teknik reaksi rantai polimerase (PCR) digunakan untuk memperkuat materi genetik virus sehingga dapat dengan mudah dideteksi.

Ini disebut tes RT-PCR. “Ini pada dasarnya adalah mesin fotokopi molekuler. PCR ditemukan pada tahun 1984, dan bahkan pada mesin saat ini, sekitar 60 persen dari waktu dihabiskan menunggu mesin PCR memanas dan dingin,” kata Prof Ying.

Penemuan terbaru olehnya dan mahasiswa PhD Muhammad Nadjad Abdul Rahim adalah metode baru untuk memperkuat DNA/RNA spesifik pada suhu tunggal. Sama seperti PCR, metode mereka dapat “memfotokopi” materi genetik virus jutaan kali. Perbedaan dalam metode baru mereka adalah bahwa mereka dapat mencapai tingkat jutaan salinan dalam satu menit.

Salah satu alasan utama adalah bahwa tidak seperti PCR, pendekatan mereka tidak memerlukan pemanasan dan pendinginan antara setiap langkah amplifikasi yang dikendalikan. Ini diaktifkan oleh enzim khusus yang dikembangkan di laboratorium Prof Ying.

Prof Ying mengatakan dia dan tim ilmuwannya telah bekerja tanpa lelah selama sekitar enam minggu untuk melakukan tes cepat, setelah kepala eksekutif A *Star, Frederick Chew, memberi mereka tantangan untuk membuat tes cepat untuk Covid-19. Sebelumnya, A *Star telah mengembangkan test kit PCR dan bekerja sama dengan perusahaan lokal MiRXES, yang dapat memproduksinya secara massal.

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.