Kinipaham – European Union (EU) dan Australia mendorong resolusi penyelidikan independen untuk me-review asal-usul dan penyebaran Covid-19 di China. Rencana penyelidikan ini dimunculkan di konferensi World Health Assembly pada Senin, 18 Mei 2020 lalu.
Resolusi ini bakal dibahas lagi jika mendapat dukungan dari dua per tiga anggota konferensi yang berjumlah 194 negara. China sebelumnya secara lantang menentang usulan Australia untuk melakukan penyelidikan independen terkait pandemik Covid-19.
Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne mengatakan negosiasi masih terus berlangsung dan tidak mau merayakannya terlalu dini. Menurutnya, penyelidikan ini merupakan bagian penting untuk membuka pembicaraan mengenai asal-usul Covid-19 yang sebenarnya dan sangat senang melihat respon dari anggota konferensi yang mendukung langkah yang diambil Australia.
“Penyelidikan independen ini akan dilakukan secara menyeluruh termasuk binatang mana yang membawa virus SARS-Cov-2 sebelum menular ke manusia,” lanjut Marise Payne.
Baca juga: Pemerintah Tak Serius Tangani Corona, Tenaga Medis ‘Angkat Tangan’
Australia menegaskan, bahwa penyelidikan ini bukan untuk menyalahkan negara lain, tetapi sebagai bahan pembelajaran dan pencegahan pandemik di masa yang akan datang bila hal serupa kembali terjadi.
Ada 116 negara yang mendukungnya, termasuk Indonesia, India, Jepang, Korea Selatan, Negara-negara Afrika sebanyak 47 negara, Rusia, Malaysia, Arab Saudi, Inggris, Kanada, dan negara anggota European Union.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mendukung Australia dengan mengeluarkan pernyataan resmi bahwa setelah semua kesulitan yang diakibatkan Covid-19, sangat wajar bila dunia ingin mengetahui fakta sebenarnya dan me-review ulang tentang pandemik ini.
Perang Dagang Australia-China
Usulan penyelidikan independen terhadap asal-usul Covid-19 yang telah didorong oleh Australia sejak bulan kemarin memunculkan gesekan di hubungan dagang antar kedua negara tersebut.
Bulan lalu, Ambasador China untuk Australia memperingatkan bahwa pihaknya akan memboikot produk asal Negara Kanguru bila Australia tetap menjalankan penyelidikan independen terkait Covid-19. Perdana Menteri Australia meresponnya dengan mengatkan tindakan China adalah paksaan melalui ekonomi dan dinilai tidak etis.
Menteri Perdagangan Australia, Simon Birmingham, mengatakan pihaknya belum bisa menghubungi Menteri Perdagangan China, Zhong Shan, untuk mendiskusikan gesekan dalam hubungan dagang Australia-China. Sebelumnya Pemerintah China memberlakukan tarif impor sebesar 80% untuk Barley asal Australia dan pembatasan daging impor asal Australia. (SFN)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.